Minggu, 09 November 2014

Novel Sastra Jawa (10) DIJOEWAL

masih dalam bentuk jilidan...
untuk buku tengah berisi 7 buah buku/judul dengan isi sebagaimana foto dibawah ini :



Judul       : Kyai Setan Kober                               Gambar                  : Oyi Soedomo    
Karya      : Any Asmara                                        Penerbit               : 2A, Jogja
Tahun     : 1966                                                    Tokoh Sentral       : Surti, Gintara
Hal.         : 32                                                         Lokasi Cerita         : Sidareja

Karena sudah tua dan Surti, putri satu-satunya yang masih hidup belum mau dinikahkan meski usianya sudah 23 tahun, pak lurah Tanda jatuh sakit karena TBC. Sebelum kematiannya, Tardja, bekas menantunya (suami dari kakak Surti yang telah meninggal) dipanggil untuk masuk kamar. Saat bapaknya tak sadar, Tardja berhasil mengambil keris Kyai Setan Kober. Sebuah keris dengan pamor emas dan bersarungkan emas juga.
Setelah 100 hari kematian pak lurah, dengan disaksikan kerabat dekat. Lemari tempat menyimpan harta dibuka. Surti terkejut karena keris Kyai Setan Kober hilang. Kejadian tersebut dilaporkan ke yang berwajib serta ke penewu Gintara (jabatan diatas lurah tapi dibawah camat). Warga desa setempat secara bulat memilih Surti sebagai lurah. (bersambung)
 



Judul       : Nundjang Palang                                Gambar                  : S. Har
Karya      : Widi Widajat                                       Penerbit                 : CV Keng, Semarang
Tahun     : Pebruari 1966                                    Tokoh Sentral       : Keluarga Sastrosuwarno
Hal.         : 37                                                         Lokasi Cerita         : Sala, Surabaya

Pak Sastro mempunyai  dua putri bernama Djuwarijah dan Sri Arumanis. Djuwarijah sudah bertunangan dengan Mudjoko. Sebuah telegram mengabarkan bahwa Djuwarijah sakit berat, maka Mudjoko pulang dari Subaraya. Setiap hari Mudjoko menengok Djuwarijah, namun setelah jam bezuk lewat, malam harinya dia mengantar Sri Arumanis nonton bioskop.
Djuwarijah dan Pak Sastro sangat terkejut saat Sri Arumanis mengatakan bahwa dia sudah hamil dua bulan. Masih ada kejutan yang lain, yang menghamili adalah Mudjoko, tunangan kakaknya. Terpaksa tunangan dengan Djuwarijah dibatalkan dan menikahkan Sri dengan Mudjoko secara dadakan. Lantas mereka menetap di Surabaya. (bersambung)
 




Judul       : Madju Terus Sutik Mundur              Gambar                  : Bowo
Karya      : Any Asmara                                        Penerbit                : CV 2A, Jogja
Tahun     : 1966                                                    Tokoh Sentral       : Dwikorawati
Hal.         : 40                                                         Lokasi Cerita         : Kaltara (Kalimantan Utara)

Dwikorawati itulah namanya. Sebuah nama yang tentunya tidak pas jika dihubungkan antara nama dan waktu terjadinya cerita dalam buku ini . Dwikorawati merupakan sukarelawati yang ditugaskan melawan antek-antek Nekolim (Neo Koloniasme) di perbatasan Kalimatan Utara. Dia mempunyai teman seekor monyet, mereka berteman karena Dwi menolong si monyet saat akan diterkam oleh harimau.
Dwi bersama Rahayu sempat diculik oleh mata-mata Nekolim yang menyusup di pasukan Indonesia, yang kala itu dipimpin oleh Kapten Slamet. Upaya penculikan dapat digagalkan karena jasa monyet peliharaan Dwikorawati yang mana telah berhasil mengajak dan menunjukan arah dimana dua tentara wanita Indonesia disembunyikan. (bersambung)





Judul       : Donjane Peteng                                 Gambar                  : Pram - Kentardjo
Karya      : Any Asmara                                        Penerbit               : CV 2A, Jogja
Tahun     : 1964                                                    Tokoh Sentral       : Sri Endah Redjeki, Hartanto
Hal.         : 32                                                         Lokasi Cerita         : Jogja, Djatinom (Klaten)

Seorang bayi perempuan tergeletak sendirian di sebuah gardu ronda dengan selembar surat yang tertulis nama Untoro. Bayi tersebut ditemukan oleh sepasang suami-istri juragan batik yang sudah lama tidak dikarunia anak. Oleh mereka kemudian bayi tadi dirawat dan diberi nama Sri Endah Redjeki.
Menginjak dewasa tampaklah kecantikan Sri. Saat menghadiri pesta perayaan acara Yokowiyu di Djatinom, Sri digoda oleh seorang pria. Beruntung dia ditolong oleh seorang pemuda tampan dan mereka pun berkenalan. Hartanto naman pemuda yang menolongnya. Sayang tidak terjadi pertukaran alamat diantara keduanya. Karena tidak punya alamat si pemuda, Sri hanya melamun setiap hari, kapan bisa ketemu lagi. (bersambung)





Judul       : Sedumuk Batuk                                  Gambar                  : S. Har
Karya      : Widi Widajat                                       Penerbit                : CV Keng, Semarang
Tahun     : Pebruari 1966                                    Tokoh Sentral       : Alip
Hal.         : 44                                                         Lokasi Cerita         : -

Alip seorang pemuda pengangguran yang sering membantu tugas polisi memecahkan kasus-kasus kejahatan. Suatu hari dia berjalan seorang diri dan ditengah jalan bertemu dengan Samijati, istri Djilan tetangganya. Mereka berdua berjalan ke arah yang sama. Setelah peristiwa tadi, Alip mendapat surat ancaman dari Djilan karena dianggap telah mengganggu istrinya.
Sore hari Alip jalan-jalan ke alun-alun, melihat seorang perempuan sedang diperebutkan oleh dua orang pria. Akan mendekat, Alip sudah kena hajar kakinya dan dikeroyok lima orang. Alip sadar sudah terbaring di rumah sakit. Kepada Inspektur Isnardi dia ceritakan bahwa tidak kenal siapa yang mengeroyoknya. (BERSAMBUNG)





Judul       : Kena ing Paeka                                   Gambar                  : Jono S Wijono
Karya      : Widi Widajat                                       Penerbit                 : P. Kondang, Sala
Tahun     : Januari 1966                                       Tokoh Sentral       : Alip
Hal.         : 38                                                         Lokasi Cerita         : Sala, Semarang

Alip terbangun karena ada tilpun yang mengatakan bahwa ada pembunuhan di Jalan Dr. Muwardi. Segera Alip bergegas menuju TKP. Karena menghubungi Inspektur Isnardi tidak diangkat. Ternyata pintu rumah tidak dikunci, dengan hati-hati dia lantas masuk rumah. Didekat kamar tidur terkulai sesosok tubuh manusia. Tubuhnya masih hangat dengan luka didada. Saat meneliti tubuh korban, tiba-tiba kepalanya kena pukul.
Alip siuman lantas meninggalkan TKP. Sudah jauh baru merasa kalau kehilangan pistol. Dia lantas dihubungi Sunardi untuk menuju rumah Marjuni, korban pembunuhan. Isnardi menemukan pistol dan selongsong peluru. Alip dikantor polisi lantas dituduh membunuh Marjuni karena pelurunya hilang satu dan sebuah selongsong. Dengan alasan karena kecantikan Marjuni. (bersambung)





Judul       : Kraman                                                Gambar                  : Bam
Karya      : Any Asmara                                        Penerbit                : Marfiah, Surabaya
Tahun     : 1966                                                    Tokoh Sentral       : Permadi, Srimamulat
Hal.         : 40                                                         Lokasi Cerita         : Parakan, Temanggung

Kejadiannya saat sebelum meletusnya pemberontakan G30S/PKI. Barisan Tani Indonesia (BTI), Gerwani dan antek-anteknya melancarkan aksi berkedok tanah untuk kemakmuran rakyat bersama. Orang-orang kaya dituduh sebagai orang yang tidak mendukung tercapainya kemakmuran rakyat karena banyak tanah yang dianggurkan. Seorang pemuda bernama Permadi terpaksa berhenti kuliah dan memilih bekerja di tempat Pak Indra sebagai asisten pribadi. Suatu saat berkenalan dengan Srimamulat, yang ternyata orang tuanya menjadi salah satu korban aksi BTI dengan kedok landreform (reformasi pertanahan). (bersambung)


DIJOEWAL JILIDAN, HUB 08158907421 / WA 081380110800

Tidak ada komentar:

Posting Komentar