untuk buku tengah berisi 7 buah buku/judul dengan isi sebagaimana foto dibawah ini :
Judul :
Kyai Setan Kober Gambar : Oyi Soedomo
Karya :
Any Asmara Penerbit : 2A, Jogja
Tahun :
1966 Tokoh
Sentral : Surti, Gintara
Hal. : 32 Lokasi
Cerita : Sidareja
Karena sudah tua dan
Surti, putri satu-satunya yang masih hidup belum mau dinikahkan meski usianya
sudah 23 tahun, pak lurah Tanda jatuh sakit karena TBC. Sebelum kematiannya,
Tardja, bekas menantunya (suami dari kakak Surti yang telah meninggal) dipanggil
untuk masuk kamar. Saat bapaknya tak sadar, Tardja berhasil mengambil keris
Kyai Setan Kober. Sebuah keris dengan pamor emas dan bersarungkan emas juga.
Setelah 100 hari
kematian pak lurah, dengan disaksikan kerabat dekat. Lemari tempat menyimpan
harta dibuka. Surti terkejut karena keris Kyai Setan Kober hilang. Kejadian
tersebut dilaporkan ke yang berwajib serta ke penewu Gintara (jabatan diatas
lurah tapi dibawah camat). Warga desa setempat secara bulat memilih Surti
sebagai lurah. (bersambung)
Judul :
Nundjang Palang Gambar : S. Har
Karya : Widi
Widajat Penerbit : CV Keng, Semarang
Tahun :
Pebruari 1966 Tokoh
Sentral : Keluarga Sastrosuwarno
Hal. : 37 Lokasi
Cerita : Sala, Surabaya
Pak Sastro
mempunyai dua putri bernama Djuwarijah
dan Sri Arumanis. Djuwarijah sudah bertunangan dengan Mudjoko. Sebuah telegram
mengabarkan bahwa Djuwarijah sakit berat, maka Mudjoko pulang dari Subaraya. Setiap
hari Mudjoko menengok Djuwarijah, namun setelah jam bezuk lewat, malam harinya
dia mengantar Sri Arumanis nonton bioskop.
Djuwarijah
dan Pak Sastro sangat terkejut saat Sri Arumanis mengatakan bahwa dia sudah hamil
dua bulan. Masih ada kejutan yang lain, yang menghamili adalah Mudjoko,
tunangan kakaknya. Terpaksa tunangan dengan Djuwarijah dibatalkan dan
menikahkan Sri dengan Mudjoko secara dadakan. Lantas mereka menetap di
Surabaya. (bersambung)
Judul :
Madju Terus Sutik Mundur Gambar : Bowo
Karya :
Any Asmara Penerbit : CV 2A, Jogja
Tahun :
1966 Tokoh
Sentral : Dwikorawati
Hal. :
40 Lokasi
Cerita : Kaltara (Kalimantan
Utara)
Dwikorawati itulah
namanya. Sebuah nama yang tentunya tidak pas jika dihubungkan antara nama dan
waktu terjadinya cerita dalam buku ini . Dwikorawati merupakan sukarelawati
yang ditugaskan melawan antek-antek Nekolim (Neo Koloniasme) di perbatasan
Kalimatan Utara. Dia mempunyai teman seekor monyet, mereka berteman karena Dwi
menolong si monyet saat akan diterkam oleh harimau.
Dwi bersama Rahayu
sempat diculik oleh mata-mata Nekolim yang menyusup di pasukan Indonesia, yang
kala itu dipimpin oleh Kapten Slamet. Upaya penculikan dapat digagalkan karena
jasa monyet peliharaan Dwikorawati yang mana telah berhasil mengajak dan
menunjukan arah dimana dua tentara wanita Indonesia disembunyikan. (bersambung)
Judul :
Donjane Peteng Gambar : Pram - Kentardjo
Karya :
Any Asmara Penerbit : CV 2A, Jogja
Tahun :
1964 Tokoh
Sentral : Sri Endah Redjeki,
Hartanto
Hal. :
32 Lokasi
Cerita : Jogja, Djatinom (Klaten)
Seorang bayi
perempuan tergeletak sendirian di sebuah gardu ronda dengan selembar surat yang
tertulis nama Untoro. Bayi tersebut ditemukan oleh sepasang suami-istri juragan
batik yang sudah lama tidak dikarunia anak. Oleh mereka kemudian bayi tadi
dirawat dan diberi nama Sri Endah Redjeki.
Menginjak dewasa
tampaklah kecantikan Sri. Saat menghadiri pesta perayaan acara Yokowiyu di
Djatinom, Sri digoda oleh seorang pria. Beruntung dia ditolong oleh seorang
pemuda tampan dan mereka pun berkenalan. Hartanto naman pemuda yang
menolongnya. Sayang tidak terjadi pertukaran alamat diantara keduanya. Karena
tidak punya alamat si pemuda, Sri hanya melamun setiap hari, kapan bisa ketemu
lagi. (bersambung)
Judul :
Sedumuk Batuk Gambar : S. Har
Karya : Widi
Widajat Penerbit : CV Keng,
Semarang
Tahun :
Pebruari 1966 Tokoh
Sentral : Alip
Hal. : 44 Lokasi
Cerita : -
Alip
seorang pemuda pengangguran yang sering membantu tugas polisi memecahkan
kasus-kasus kejahatan. Suatu hari dia berjalan seorang diri dan ditengah jalan
bertemu dengan Samijati, istri Djilan tetangganya. Mereka berdua berjalan ke
arah yang sama. Setelah peristiwa tadi, Alip mendapat surat ancaman dari Djilan
karena dianggap telah mengganggu istrinya.
Sore hari
Alip jalan-jalan ke alun-alun, melihat seorang perempuan sedang diperebutkan
oleh dua orang pria. Akan mendekat, Alip sudah kena hajar kakinya dan dikeroyok
lima orang. Alip sadar sudah terbaring di rumah sakit. Kepada Inspektur Isnardi
dia ceritakan bahwa tidak kenal siapa yang mengeroyoknya. (BERSAMBUNG)
Judul : Kena ing Paeka Gambar : Jono S Wijono
Karya :
Widi Widajat Penerbit : P. Kondang,
Sala
Tahun : Januari 1966 Tokoh
Sentral : Alip
Hal. : 38 Lokasi
Cerita : Sala, Semarang
Alip
terbangun karena ada tilpun yang mengatakan bahwa ada pembunuhan di Jalan Dr.
Muwardi. Segera Alip bergegas menuju TKP. Karena menghubungi Inspektur Isnardi
tidak diangkat. Ternyata pintu rumah tidak dikunci, dengan hati-hati dia lantas
masuk rumah. Didekat kamar tidur terkulai sesosok tubuh manusia. Tubuhnya masih
hangat dengan luka didada. Saat meneliti tubuh korban, tiba-tiba kepalanya kena
pukul.
Alip
siuman lantas meninggalkan TKP. Sudah jauh baru merasa kalau kehilangan pistol.
Dia lantas dihubungi Sunardi untuk menuju rumah Marjuni, korban pembunuhan.
Isnardi menemukan pistol dan selongsong peluru. Alip dikantor polisi lantas
dituduh membunuh Marjuni karena pelurunya hilang satu dan sebuah selongsong.
Dengan alasan karena kecantikan Marjuni. (bersambung)
Judul :
Kraman Gambar : Bam
Karya :
Any Asmara Penerbit : Marfiah,
Surabaya
Tahun :
1966 Tokoh
Sentral : Permadi, Srimamulat
Hal. :
40 Lokasi
Cerita : Parakan, Temanggung
Kejadiannya saat
sebelum meletusnya pemberontakan G30S/PKI. Barisan Tani Indonesia (BTI),
Gerwani dan antek-anteknya melancarkan aksi berkedok tanah untuk kemakmuran
rakyat bersama. Orang-orang kaya dituduh sebagai orang yang tidak mendukung
tercapainya kemakmuran rakyat karena banyak tanah yang dianggurkan. Seorang
pemuda bernama Permadi terpaksa berhenti kuliah dan memilih bekerja di tempat
Pak Indra sebagai asisten pribadi. Suatu saat berkenalan dengan Srimamulat,
yang ternyata orang tuanya menjadi salah satu korban aksi BTI dengan kedok
landreform (reformasi pertanahan). (bersambung)
DIJOEWAL JILIDAN, HUB 08158907421 / WA 081380110800
Tidak ada komentar:
Posting Komentar