Judul :
Pangurbanan Gambar : Kentardjo
Karya :
Any Asmara Penerbit : CV 2A, Jogja
Tahun :
1965 Tokoh
Sentral : Wardi, Ichwan, Atun
Hal. :
32 Lokasi
Cerita : Buntu, Purwokerto
Wardi mendapat tugas
untuk mencari amunisi milik tentara musuh karena persediaannya sudah mulai
menipis. Jika ada serangan mendadak tentu akan kalah dan akan banyak jatuh
korban di pihak Indonesia karena tidak bisa melancarkan serangan balasan.
Didapat sebuah informasi bahwa Wakil Komandan Polisi Ichwan adalah orang
repubikan yang siap membantu untuk menyediakan amunisi tapi ada syaratnya,
yakni harus menghilangkan nyawa Komandan Polisi Surjo. Ichwan juga memberi
masukan bagaimana cara mudah memancing Surjo. Dengan umpan wanita, Surjo akan
mudah terpikat dan tugas untuk menghilangkan nyawa Surjo akan mudah dilakukan.
Wardi menyanggupi syarat tadi. (bersambung)
Judul :
Kraman Gambar : Bam
Karya :
Any Asmara Penerbit : Marfiah,
Surabaya
Tahun :
1966 Tokoh
Sentral : Permadi, Srimamulat
Hal. :
40 Lokasi
Cerita : Parakan, Temanggung
Kejadiannya saat
sebelum meletusnya pemberontakan G30S/PKI. Barisan Tani Indonesia (BTI),
Gerwani dan antek-anteknya melancarkan aksi berkedok tanah untuk kemakmuran
rakyat bersama. Orang-orang kaya dituduh sebagai orang yang tidak mendukung
tercapainya kemakmuran rakyat karena banyak tanah yang dianggurkan. Seorang
pemuda bernama Permadi terpaksa berhenti kuliah dan memilih bekerja di tempat
Pak Indra sebagai asisten pribadi. Suatu saat berkenalan dengan Srimamulat,
yang ternyata orang tuanya menjadi salah satu korban aksi BTI dengan kedok
landreform (reformasi pertanahan). (bersambung)
Judul :
Udan Grimis Gambar : Wik
Karya :
Poerwadhie Atmodihardjo Penerbit : CV Keng,
Semarang
Tahun :
1967 Tokoh
Sentral : Ruwija, Rambijah
Hal. : 54 Lokasi
Cerita : Kendal
Ruwija,
duda anak satu bernama Lukita. Bekerja sebagai tukang gambar di Dinas Pekerjaan
Umum. Dia pindah rumah setelah istrinya meninggal dan ingin tinggal di desa
yang jauh dari keramaian. Akhirnya dia menyewa sebagian rumah milik mantan
carik desa. Sekarang hanya ditinggali oleh bu carik dan Rambijah, putrinya.
Rambijah sendiri berstatus sebagai perawan janda. Karena hanya nikah sebentar
terus cerai. (bersambung)
Judul :
Sri Anggrahini Gambar : Soet MS
Karya :
PW Atmadja Penerbit : M.A.I. Merapi,
Sala
Tahun :
1964 Tokoh
Sentral : Anggrahini, Sundara
Hal. : 47 Lokasi
Cerita : Klaten
Sri
Anggrahini, anak seorang sinder di daerah Klaten. Dahulu anak perempuan tidak
wajib sekolah, tapi oleh adik-adiknya yang laki-laki dia diajari baca, tulis
dan hitung. Menginjak usia tujuh belas tahun, tampaklah kecantikannya hingga
memikat hati Sundara, putra penewu. Meski baru jumpa untuk pertama kalinya tapi
sudah mengena dihati Sundara.
Piter,
sinder kuasa yang merupakan atasan bapaknya Sri juga tertarik kepada
kjecantikan Sri dan berniat untuk digundik. Piter pertama kali melihat saat
dipasar, dai langsung menanyakan identitas Sri kepada kusirnya. Dengan bantuan
bu carik, Piter dan Sri dapat dipertemukan. Sri yang pintar, dapat mengulur
waktu untuk merancang rencana dengan mengiyakan keinginan Piter yang akan
menjadikannya sebagai istri muda (gundik). Piter pun pulang dengan rasa bahagia
karena keinginannya bakal terlaksana. (bersambung)
Judul :
Lintang-lintang Dadi Seksi Gambar : Sriwidodo
Karya :
Kho Ping Hoo Penerbit : CV Gema, Sala
Tahun :
1966 Tokoh
Sentral : Harlan, Sunarti
Hal. : 75 Lokasi
Cerita : Sala, Surabaya
Harlan sangat
berjasa dimata Sunarti. Karena berkat jasanya yang telah menolong ibunya
dikeluarkan dari rumahnya yang terbakar. Sayang nyawa ibunya Sunarti tidak bisa
diselamatkan dan tubuh Harlan setelah sembuh banyak cacat karena luka bakar
yang menimpanya. Sedang Sunarti setelah peristiwa kebakaran telah diajak
pakdenya pindah ke Surabaya karena sudah tidak punya kerabat lagi di Sala.
Sebelum terjadi
kebakaran, Harlan dan Sunarti sudah ada ikatan batin untuk sehidup –semati,
maka Harlan pun melacak keberadaan Sunarti di Surabaya. Betapa malu dan perih
hatinya karena Sunarti bersama seorang lelaki tampan akan pergi dengan
mengendarai mobil mewah. Saat mereka pergi, Harlan menemui pakdenya Sunarti.
Namun Harlan tidak mendapat tanggapan yang bijaksana bahkan terasa
disia-siakan. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar