Judul :
Gara2 Tanggul Djebol Gambar : Jono S Wijono
Karya :
Sri Hadidjojo Penerbit : Fa Kartika,
Sala
Tahun :
April 1966 Tokoh
Sentral : Kudarta, Muktisari
Hal. : 39 Lokasi
Cerita : Sala
Kudarta
mahasiswa kedokteran tapi suka dengan kesenian mendalang. Saat menginap di
Kampung Batangan, Sala, tak diduga rumah yang ditumpanginya dilanda banjir. Dia
pun hanya mengikuti arus air tersebut hingga entah kemana.
Keluarga
Pak Pradja, mantan pejabat yang tinggal di rumah bertingkat, mempunyai seorang
putri bernama Muktisari. Saat banjir datang, mereka tidak bisa menyelamatkan
harta bendanya, namun mereka bertiga dapat menyelamatkan diri di loteng
(tingkat atas). Tiba-tiba datang seorang pemuda yang terbawa arus banjir dan
menepi serta ikut menumpang di loteng milik Pak Pradja. (bersambung)
Judul :
Pasien Ketiga Gambar : Taty AM
Karya :
Sri Hadidjojo Penerbit : CV Keng,
Semarang
Tahun :
1966 Tokoh
Sentral : Siti Sumarjati, Supardjana
Hal. : 50 Lokasi
Cerita : Sala, Surabaya
Sumarjati
adalah dokter gigi yang cantik. Pasien nomor ketiga adalah Pak Sumarahardja,
seorang tua yang ingin memakai gigi palsu. Maka untuk periksa minggu depan
tetap memakai nomor urut tiga. Supardjana setelah bergelas insinyur perkebunan
lantas menjadi sinder kebun tebu di Tasikmadu. Merangkap sep pabrik
setelah dapat menggagalkan demontrasi para buruh.
Masa
giling libur, Djana plesir ke Surabaya untuk mengunjungi kakaknya. Macetnya
lalu lintas membuat Sumarjati dan susternya berani memberhentikan mobil Djana.
Melihat yang menyetop wanita cantik dengan pipi berlesung pipit, Djana lantas
membukakan pintu mempersilahkan mereka berdua masuk. Sebelum penumpangnya
turun, mereka sempat berkenalan. (bersambung)
Judul :
Putri Prembun Gambar : Dien S
Karya :
Sri Hadidjojo Penerbit : CV Keng,
Semarang
Tahun :
196? Tokoh
Sentral : Prasadja,Endang Sri Banun
Hal. : 48
Lokasi
Cerita : Sala
Prasadja
tampak melamun sedih karena menyesali nasib. Usaha untuk mendapatkan putri dari
pakde-nya gagal, karena menikah dengan pria lain.
Endang Sri
Banun juga pernah akan dijodohkan oleh orang tuanya. Namun belum pernah bertemu
sudah ditolak karena si pria lebih memilih putri seorang jutawan. Suatu hari
Sri diantar bapaknya ke Sala dengan naik bis. Di terminal, akan naik bis, pada
saat yang bersamaan Prasadja akan turun bis. Tanpa sengaja bolpen milik
Prasadja tersangkut di renda baju Sri. Tentu saja Prasadja akan mengambil
haknya. Tak dikira, Prasadja dari belakang ada orang yang mendorong. Tentu saja
tangannya tanpa sengaja mengenai dada Sri. Sri langsung menampar pipi Prasadja
dan mengumpatnya. (bersambung)
Judul :
Golek Kentjana Gambar : Iwan S
Karya :
Sri Hadidjojo Penerbit : CV Keng,
Semarang
Tahun :
1967 Tokoh
Sentral : Wardana, Sri Wujungsih
Hal. : 49 Lokasi
Cerita : Sala
Wardani
adik Wardana mempunyai teman berlatih tari yang bernama Sri Wujungsih.
Kecantikan dan ketrampilan menarinya sudah menjadikan Wardana jatuh hati. Menurut
cerita Wardani, Sri bukan dari keturunan keluarga kaya dan bapaknya pun tidak
ketahuan siapa orangnya.
Saat
menari golek kencana pada suatu pesta pernikahan, Wardana yang memegang kendang
untuk mengiringi tarian yang ditampilkan oleh Wardani dan Sri. Karena lirikan
si golek, sempat kendangan Wardana berhenti sejenak. (bersambung)
Judul :
Kudi Patjul Dinga Landepe Gambar : Bandrijo Hade
Karya :
Sri Hadidjojo Penerbit : CV Keng,
Semarang
Tahun :
1965 Tokoh
Sentral : Sartana, Sri Suwarni
Hal. : 51 Lokasi
Cerita : Klaten
Pak
Atmawijana punya pekerjaan sehari-hari sebagai sopir dari saudagar lurik Pedan.
Mempunyai anak lelaki bernama Sartana yang baru saja mendapat gelar insinyur
dari ITB. Kedatangan Sartana disambut gembira oleh orang tuanya. Malam harinya,
Sartana mendapat tugas menggantikan posisi bapaknya yang menjadi sopir karena
sakit encok.
Sepulang
dari acara, terlihat mobil milik keluarga Nata, kenalan baik dari keluarga
Djaja, mogok dipinggir jalan. Oleh Sartana berhasil diperbaiki. Keesokan
harinya, Sartana diminta untuk mengantar putra-putri keluarga Djaja dan Nata
menuju Candi Prambanan. Hartinah dan Sugijana berkeliling candi karena mereka
adalah pasangan yang sedang dilanda asmara. Sedang adik Sugijana yang bernama
Sri Suwarni, hanya bisa diam diri. Bahkan Sartana pun tidak diajak ngobrol. (bersambung)
Judul :
Sembulihing Ati Perih Gambar : Bandrijo Hade
Karya :
Sri Hadidjojo Penerbit : CV Keng,
Semarang
Tahun :
196? Tokoh
Sentral : Waluja, Bintari
Hal. : 48 Lokasi
Cerita : Sala
Waluja
baru pulang dari study tour ke beberapa galangan kapal diluar negeri. Pulang
bertemu dengan paman dan bibinya yang memberi kabar bahwa ibunya telah
meninggal. Hatinya sedih. Terasa tak berguna belajarnya. Karena libur lama,
maka Waluja sementara di Sala. Berkenalan dengan Bintarti anak pamannya yang
sedang libur kuliah di Semarang.
Selama
liburan Waluja akan mencari Mintarsih, teman SMA-nya dulu. Memang belum ada
ikatan diantaranya namun Waluja sudah ada rasa dan janji dengannya. Dia
bermaksud menjadikannya istri. Bapaknya Mintarsih yang seorang wedana,
menyebabkan pencarian Waluja tidak mudah, dati Kaliasa pindah ke Madiun
kemudian ke Panaraga, ternyata salah nama. Waluja berencana pulang lewat
Purwantara. Dalam perjalanan bertemu
dengan penjual jeruk. Sialnya, mereka bertiga kena hadang begal. Ketrampilan
berkelahi Waluja dapat melumpuhkan semuanya. Sampai dirumah dengan selamat. (bersambung)
Judul :
Tut Wuri Andajani Gambar : Bandrijo HD
Karya :
Sri Hadidjojo Penerbit : Dawud,
Semarang
Tahun :
196? Tokoh
Sentral : Retna, Sumardiman
Hal. : 46 Lokasi
Cerita : Sala
Pada acara
perpisahan siswa, Retna menari bondan dan Mardiman menari bugis. Mardiman
adalah kakak dari Endang, teman akrab dari Retna. Malam itu Retna tertarik
dengan si penari bugis namun belum tahu siapa dia yang sebenarnya. Saat tahu
ternyata kakaknya Endang, Retna jadi malu tapi dag-dig-dug didadanya.
Retna dan
ibunya sebenaranya sangat senang jika dapat menantu seorang arsitek. Namun Pak
Hardja, bapaknya Retna telah menjodohkan dengan Gunarsa, putra seorang juragan
lurik. Meskipun Retna menolak hanya akan membuat amarah bapaknya. Setelah usai
sekolah walau hanya akan melanjutkan sekolah hingga mendapat gelar sarjana muda
saja oleh bapaknya tidak diperkenankan. (bersambung)
Judul :
Sala dadi Ler2an Gambar : Subandrija HD
Karya :
Sri Hadidjojo Penerbit : Keng, Semarang
Tahun :
1966 Tokoh
Sentral : Santosa
Hal. :
44 Lokasi
Cerita : Sala
Sebagian
besar dari buku ini bertutur secara reportase tentang keadaan banjir besar di Kota
Sala yang terjadi pada tanggal 16 dan 17 Maret 1966. Bertutur saat air mulai
setinggi mata kaki, naik lagi hingga ada yang sampai atap rumah. Serta
memberikan informasi di daerah mana saja yang mula-mula terkena banjir dari
Pasar Kliwon hingga Pasar Legi dan daerah-daerah lainnya. Bahkan Hotel Sahid
yang kala itu masih bertingkat tiga digunakan sebagai tempat pengungsian
sementara walau hanya di lobi hotel.
Dari
kejauhan tampak papan berisi empat orang yang terombang-ambing oleh derasnya
air. Karena kaget, salah seorang penumpangnya jatuh. Yang masih tinggal diatas
papan atau meja untuk menggelar batik hanya bisa berteriak-teriak memanggil
Nasti, nama anaknya. (bersambung)
DIJOEWAL : HUBUNGI 08158907421 / WA 081380110800
DIJOEWAL : HUBUNGI 08158907421 / WA 081380110800
Tidak ada komentar:
Posting Komentar