Sabtu, 08 November 2014

Novel Sastra Jawa (3) DIJOEWAL

dapat dikatakan hampir setiap minggu ada buku2 novel sastra jawa yang beredar di masyarakat. penerbit Jogja, Solo, Semarang dan Surabaya yang mempunyai porsi besar dalam menyalurkan dunia kepengarangan novelis jawa.


Judul       : Keplejok                                              Gambar                  : Soedyono 
Karya      : Sutarno                                                Penerbit                 : CV Ganefo, Jogja
Tahun     : 1965                                                    Tokoh Sentral       : Sunarjadi, Bintari
Hal.         : 24                                                         Lokasi Cerita         : Jakarta

Sunarjadi dan Bintari tak sengaja berkenalan karena dipertemukan pada perjalanan menggunakan kereta api jurusan Jakarta. Dari pinjam majalah, mereka saling tukar nama dan alamat. Karena kereta datangnya terlambat, hingga sesampainya di Stasiun Gambir sudah kemalaman. Sunarjadi mengajak Bintari untuk menginap dirumahnya.
Ternyata tidak pada hari itu saja Bintari menginap, hingga satu minggu Bintari tinggal serumah Sunarjadi. Dan setan telah menemani mereka juga, hingga telah terjadi hubungan suami-istri diantara keduanya meski belum ada ikatan pernikahan. Sunarjadi lantas melamar Bintari dan nikah secara pesta kecil-kecilan saja.
Sunarjadi hanya pegawai negeri dengan gaji rendah. Bintari sejak kenal dengan Sunarjadi sudah berdandan glamour dan terkesan mewah. Setelah menikah dan tinggal di Jakarta, kelakuannya semakin menjadi. Anaknya tidak dihiraukan, yang penting dia bisa pergi dan bersenang-senang. Dan memilih pergi dari rumah daripada mengurus bayi yang berumur 4 bulan. (bersambung)


tersedia 2 buku




Judul       : Pramugarini                                        Gambar                  : Jono S Wijono 
Karya      : Sutarno                                                Penerbit                : Fa Nasional, Sala
Tahun     : Oktober 1964                                    Tokoh Sentral       : Pramugarini, Tetuka
Hal.         : 37                                                         Lokasi Cerita         : Surabaya

Karena sering tugas bersama, hubungan Tetuka dan Pramugarini semakin akrab. Tetuka adalah seorang pilot sedang Pramugarini adalah seorang pramugari. Mereka berdua kerja di maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airways. Diluar tugas, mereka berdua sering jalan keluar keliling kota menikmati keindahan alam atau nonton bioskop bersama. Saling menjajaki hati mereka masing-masing. Pada saat yang tepat, Tetuka mengutarakan isi hatinya kepada Pramugarini. Sebagai tanda kasih dan cintanya, dia akan memberikan sebuah cincin permata kepada Pramugarini namun ditolaknya.
Setelah mereka bertunangan, tempat kerja Tetuka dan Pramugarini dipisah. Pramugarini melayani tugas domestik. Sedang Tetuka mendapat tugas menerbangkan pesawat dari Jakarta ke Tokyo. Tak lama kerja di Tokyo, Tetuka mendapat kenalan seorang pramugari dari Japang Airlines yang bernama Michiko. Michiko yang pandai dandan dan Tetuka jarang bertemu dengan Pramugarini telah membuat hati Tetuka tergelincir, hingga dapat melupakan hubungannya  dengan Pramugarini. Maka Tetuka mengirim telegram pemutusan pertunangan dengan Pramugarini.(bersambung)
 



Judul       : Sabda Pandita Ratu                            Gambar                  : A. Chamid 
Karya      : Sutarno                                                Penerbit               : CV Tembok Mas, Sby
Tahun     : Januari 1966                                       Tokoh Sentral       :Setyanta,Sutitah,Setyarini 
Hal.         : 37                                                         Lokasi Cerita         : Jogja

Setyanta seorang tentara yang menjunjung jiwa-jiwa Sapta Marga. Kenal dan dekat dengan Sutitah karena membantu pemberian materi di ketentaraan. Sutitah meminta pamit kepada Setyanta karena akan ada pertemuan penting organisasi Gerwani yang diikutinya di Jakarta. Sutitah aktif disebuah organisasi yang kan melakukan gerakan revolusi.
Sesampai di Jakarta, Sutitah mengirim surat yang menceritakan bahwa disana wanita dan pria boleh bergaul bebas demi mencapai tujuan bersama. Jadi jangan kaget jika dirinya sudah tidak suci lagi, para Gerwani berlomba-lomba agar dapat memberikan jasa kepada para tentaranya. Surat yang telah membuat pikiran Setyanta jadi kecewa atas perilaku dan sikap Sutitah. Lantas surat diberikan kepada Setyarini, sahabat Sutitah untuk turut membacanya. Heran dengan jalan pikiran Sutitah yang telah sesat. (bersambung)



Judul       : Perawan Ngisor Kreteg                     Gambar                  : A. Chamid
Karya      : Sutarno                                                Penerbit                 : Usaha Modern, Sby
Tahun     : Desember 1966                                 Tokoh Sentral       : Midi, Sardjinem
Hal.         : 51                                                         Lokasi Cerita         : Sala

Sardjinem adalah gadis yang tinggal dibawah jembatan. Oleh Midi, dia dinikah dan hidup agak meningkat daripada sebelum nikah. Karena Midi rajin kerja. Karena dikira penjahat, Midi ditangkap dan dibawa truk kepolisian. Sardjinem mengejar tapi kena tabrak mobil. Oleh sang pemilik mobil dia dibawa pulang, dirawat dan disuruh kerja di rumahnya karena sudah tidak punya sanak famili. Sardjinem lantas dibaptis dan beragama Katholik.
Midi setalah tiga bulan menjalani hukuman keluar dan mendapat pendidikan di dinas sosial hingga dianggkat menjadi kepala bengkel di dinas tersebut. Setiap ada kesempatan, dia selalu mencari tahu keberadaan istrinya. Demikian pula Sardjinem, lewat tenaga kerja buruh perusahaan tenun milik juragannya. Meski digoda oleh sopir pribadi majikannya, dia tetap teguh bahwa dia sudah milik Midi. Si sopir keluar tapi mengancam Sardjinem. (bersambung)
 





Judul       : Kesandung ing Pasar Ja’ik                Gambar                  : Jono S Wijono
Karya      : Sutarno                                                Penerbit                  : Dharma, Semarang
Tahun     : April 1965                                           Tokoh Sentral       : Budi, Iswahjuningsih
Hal.         : 44                                                         Lokasi Cerita         : Semarang

Ogan sebuah bentuk meramal nasib seseorang dengan menggunakan burung gelatik dan kartu-kartu. Gelatik yang telah diberi makan padi, lantas akan mematuk kartu dan akan dibaca oleh peramalnya. Iswahju yang dikuntit Budi saat didepan ogan dan mendengar ramalannya. Bahwa dia akan segera bertemu dengan jodohnya seorang pegawai keuangan. Iswahju dikuntit Budi hingga RS Karyadi.
Tantenya yang juga perawat membantu Budi menginformasikan status Iswahju masih lajang. Dengan bantuan dari tantenya juga, Budi dan Iswahju bisa kenal dan akrab. Mereka pun telah sepakat akan mengikat dalam sebuah perjodohan. Sutikno yang dulunya merasa dekat dengan Iswahju sakit hatinya. Lantas membikin surat kaleng yang ditujukan kepada Budi dan Iswahju. (bersambung)


DIJOEWAL : HUB 08158907421 / WA 081380110800

Tidak ada komentar:

Posting Komentar