Sabtu, 08 November 2014

Novel Sastra Jawa (4) DIJOEWAL

buku rata-rata berisi 32 halaman dicetak dengan kertas koran, muncul saat konflik revolusi atau peristiwa G30-S/PKI. tak banyak buku yang erlatar belakang peristiwa pemberontakan ini. namun cukup memberi warna dalam khasanah sastra jawa modern.



Judul       : Bekti Ngawula Asih                            Gambar                  : Jono S Wijono
Karya      : Widi Widajat                                       Penerbit                  : CV Puspa Rahaju, Jogja
Tahun     : 1965                                                    Tokoh Sentral       : Prasena, Kumalasinta
Hal.         : 42                                                         Lokasi Cerita         : India

Pendeta Dyumna dahulu adalah seorang raja, karena kalah perang dan negaranya jadi jajahan kerajaan lain maka dia memutuskan untuk menjadi pendeta. Untuk membalas sakit hatinya akibat kalah perang, maka Dyumna menculik putri raja yang masih bayi dan diasuhnya hingga sekarang. Demikianlah Dyumna bercerita kepada Prasena yang ternyata didengar secara sembunyi-sembunyi oleh Kumala.
Keesokan harinya, Kumala berdebat dengan Dyumna. Dan memutuskan pergi dari pertapaan. Sedang Prasena mendapat tugas dari bapaknya agar membalaskan kekalahannya kepada Adjatasateru, penasehat raja Magada yang telah mengalahkannya.(bersambung)
 

tersedia 2 buku
 


Judul       : Kebak Sudukane                                Gambar                  : Jono S Wijono
Karya      : Widi Widajat                                       Penerbit               : CV Keng, Sala
Tahun     : Mei 1966                                            Tokoh Sentral       : Durdjono, Sarjani
Hal.         : 47                                                         Lokasi Cerita         : Sala, Jogja

Orang tua Sarjani sangat bahagia karena putri tunggalnya akan mendapatkan suami seorang kaya. Dilihat setiap kedatangannya memakai mobil Mercedez. Sarjani pun sayang dan cinta kepada Durdjono. Oleh-oleh tidak pernah lupa jika datang bertamu ke rumahnya.
Dulunya Sarjani sudah pernah bertunangan dengan Rudjito, namun karena Rudjito yang sangat cemburuan, maka hubungan mereka terpaksa bubar ditengah jalan. Beruntunglah Sarjani segera menemukan penggantinya.(bersambung)





Judul       : Asmara Tanpa Weweka                    Gambar                  : Jono S Wijono
Karya      : Widi Widajat                                       Penerbit               : Fa Nasional, Sala
Tahun     : Pebruari 1965                                    Tokoh Sentral       : Karmanto, Sukati
Hal.         : 66                                                         Lokasi Cerita         : Sala, Surabaya, Smg

Karmanto dahulu pernah ditolak oleh orang tua Prihati, karena dia hanya anak orang tidak punya. Karmanto lantas menikah dengan Sukati. Karmanto pindah tugas di Surabaya, terpaksa meninggalkan Sukati di Sala karena mencari rumah kontrakan sangat sulit. Tiap dua minggu dia pulang ke Sala.
Suatu sore Karmanto berjumpa dengan Prihati, lantas pulang bersama. Prihati cerita bahwa dia telah cerai karena dulu menikah atas paksaan dari orang tuanya. Mulai saat itu, jika ada waktu luang, Karmanto mengunjungi rumah Prihati. Dan akhirnya mereka menikah tanpa sepengetahuan Sukati. (bersambung)
 


sama dengan diatas, tersedia dua buku



Judul       : Djumbuhing Rasa Asih                      Gambar                  : Jono S Wijono
Karya      : Widi Widajat                                       Penerbit                  : P Kondang, Sala
Tahun     : Djuni 1966                                          Tokoh Sentral       : Juwono, Djuwarini
Hal.         : 50                                                         Lokasi Cerita         : Sala, Salatiga

Juwono dan Djuwarini berkenalan saat ban  mobil carterannya harus diganti. Sambil makan duren dan minum teh, mereka bercakap-cakap tentang kegiatan masing-masing. Bahkan Juwono mengantar pulang Djuwarini pulang hingga ke rumah karena sudah kemalaman sesampainya di Sala.
Sutau hari, Juwono main ke rumah Djuwarini. Dilihatnya Sjuwarini sedang mengandeng seorang anak laki-laki berumur tiga tahun. Kedua orang tuan Djuwarini mempersilahkan jika Juwono mau mengajak Djuwarini pergi jalan-jalan mencari benang sulam. Keluar dari toko Juwono melihat perubahan sikap Djuwarini setelah bertemu dengan seseorang, namun Juwono hanya diam saja. (bersambung)




Judul       : Prija Kang Golek2                              Gambar                  : Jono S Wijono
Karya      : Widi Widajat                                       Penerbit                : Dharma, Semarang
Tahun     : 1965                                                    Tokoh Sentral       : Premadi
Hal.         : 31                                                         Lokasi Cerita         : Sala

Premadi suatu hari sedang berlibur ke Tawangmangu, melihat seorang wanita yang menarik hatinya. Setiap gerak-geriknya selalu diperhatikan. Premadi bertindak cepat saat wanita tersebut akan meloncat terjun ke Grojogan Sewu. Namun si wanita tidak berkenan hingga ditamparlah pipi Premadi.
Setelah amarahnya sirna, Listyaningsih mau diajak bicara baik-baik. Setelah duduk disebuah tempat yang nyaman, Listyaningsih lantas bercerita bahwa dia minggat dari Malang karena dipaksa nikah oleh orang tuanya. Dengan bekal uang dan perhiasan sampailah dia ke Tawangmangu. Namun hartanya habis karena dicuri orang, maka dia memutuskan untuk bunuh diri. (bersambung)




Judul       : Gegere Bolong                                   Gambar                  : Jono S Wijono
Karya      : Widi Widajat                                       Penerbit                : Fa Nasional, Sala
Tahun     : Maret 1965                                        Tokoh Sentral       : Sawijah
Hal.         : 34                                                         Lokasi Cerita         : -

Samikun mempunyai hutang kepada Pak Hendro hingga sebesar enam puluh ribu. Hutang menjadi besar karena bunganya yang mencekik leher. Diantara keduanya terjadi kesepakatan bahwa hutang Samikun lunas asal, Sawijah istri Samikun, menikah dengan Pak Hendro. Samikun tanpa tanya istrinya terlebih dulu, langsung sepakat dengan keinginan Pak Hendro. Dan Pak Hendro diberitahu bahwa punggung Sawijah bolong.
Sampai dirumah, Samikun merayu istrinya agar mau menikah dengan Pak Hendro. Semula sedih karena harus pisah dengan suami tercinta. Setelah diberitahu bahwa hutang mereka lunas dan keinginannya mempunyai kalung emas akan tercapai jika Sawijah mau menikah dengan Pak Hendro. Sawijah diberitahu bahwa Pak Hendro suka makan daging punggung. (bersambung)





Judul       : Kuburan Kang Ndjaluk Digaringake              Gambar                  : S. Har
Karya      : Widi Widajat                                                      Penerbit               : Fa Nsional, Sala
Tahun     : September 1964                                                  Tokoh Sentral       : Kwang Tze
Hal.         : 31                                                                          Lokasi Cerita         : China

Kwang Tze terkejut saat melihat seorang wanita muda yang cantik duduk simpuh disebuah pusara sambil mengipas-kipaskan kipasnya diatas tanah. Tanyalah ia kepada wanita tadi. Ternyata suaminya saat sebelum mati, meminta istrinya untuk bersumpah agar tidak menikah lagi sebelum kering tanah kuburnya. Dengan keahlian Kwang Tze maka tanah kubur bisa kering. Si wanita mengahdiahkan kipas tadi kepada Kwang Tze.
Melihat Kwang Tze membawa kipas baru, istrinya yang masih muda cemburu. Lantas dia menceritakan asal-muasal kipas. Istrinya menilai bahwa wanita tadi bukan merupakan contoh wanita yang mulia karena hanya diburu oleh kesenangannya sendiri untuk menikah lagi, mengingat masih muda dan cantik. Kipas akhirnya diminta istrinya Kwang Tze dan disobek-sobek. (bersambung)
 




Judul       : Nista Anggajuh Tresna                      Gambar                  : Jono S Wijono
Karya      : Widi Widajat                                       Penerbit                : Fa Trijasa, Sala
Tahun     : Juni 1965                                            Tokoh Sentral       : Duratmo, Wilastri
Hal.         : 42                                                         Lokasi Cerita         : Sala, Jakarta

Merupakan terjemahan dari kisah di Crime Detective tahun 1950 yang berjudul Two Down and One to Go. Berawal saat cinta Duratmo ditolak oleh keluarga Wilastri. Karena orang tua Wilastri, Pak Dipo termasuk orang kaya dan tidak mau mempunyai menantu orang yang tidak punya. Duratmo akan meneruskan kuliah di kedokteran di Jakarta meski orang tuanya miskin.
Sepuluh tahun kemudian, Duratmo pulang dengan pesawat dari Medan menuju Jogja. Wilastri yang setia menunggu, pada saat itu menjemput Duratmo . Duratmo yang sudah berpenampilan layaknya seorang kaya, tentunya telah membuka restu Pak Dipo untuk menikahkan Wilastri dengan Duratmo. Setelah menikah mereka tinggal di Jakarta.(bersambung)





Judul       : Ja Bungah Ja Susah                            Gambar                  : Jono S Wijono
Karya      : Widi Widajat                                       Penerbit                : CV Puspa Rahaju, Sala
Tahun     : Juni 1965                                            Tokoh Sentral       : Bijasa
Hal.         : 42                                                         Lokasi Cerita         : Sala

Maksud hati setelah kalah bertanding dalam lomba panahan akan menghibur diri dengan bertemu dengan Endang, gadis idaman hatinya. Namun saat ditengah jalan, dia akan diserempet oleh motor DKW, setelah diamati ternyata yang dibonceng tak lain adalah Endang. Pulanglah dia dengan kekecewaan.
Memang tak berapa Bijasa sudah bisa mengobati rasa kecewanya. Saat latihan panahan, rasa sedih bisa dengan mudah hilang. Canda dan tawa dengan mudah melupakan Endang. Di halaman rumahnya, pohon sawo sedang berbuah. Oleh bapaknya, Bijasa disuruh memetik dan diantarkan ke rumah Pak Djajus. Orang tuanya bermaksud agar Bijasa bisa melihat Sri Larasati, putri Pak Djajus.
Mereka bertemu namun setelah melihat penampilan dan tingkah laku Sri, Bijasa merasa tidak cocok dan banyak kekurangannya. Dia menginginkan calon istri dengan kepribadian ketimuran.
Judul       : Lajang Saka Pakundjaran                  Gambar                  : S. Har
Karya      : Widi Widajat                                       Penerbit                 : CV Keng, Semarang
Tahun     : Agustus 1965                                     Tokoh Sentral       : Sawitri
Hal.         : 49                                                         Lokasi Cerita         : Sala

Sebelum meninggalnya Ibu Sastra, Sawitri dipesan agar membuka almari yang ada diruang tengah. Didalamnya terdapat sebuah kotak yang berisi buku bersampul biru dengan isi tulisan yang hampir memenuhi isi buku.
Ternyata buku tersebut berisi riwayat hidupnya, bahwa dia bukan putri kandung Ibu Sastra melainkan putri Karsodinojo, seorang pejuang kemerdekaan tapi juga seorang perampok yang kejam. Dan menitipkan Sawitri dan hartanya kepada Pak Sastra, karena ibunya meninggal sejak melahirkan sedangkan Pak Karso masih di Nusakambangan menjalani hukuman seumur hidup. Karena malu dan merasa kotor dengan harta peninggalan orang tuanya, maka Sawitri memilih pergi dari Sala setelah semua hartanya diserahkan kepada badan-badan sosial.

DIJOEWAL : HUB 08158907421 / WA 081380110800

Tidak ada komentar:

Posting Komentar